Masuk bulan puasa. Ingat ramadhan tempo dulu, waktu aku masih kecil. Saat masih belajar mengaji, belajar puasa, rajin-rajinnya belajar.
Dahulu setiap bulan puasa atau libur puasa, aku selalu berlibur ke rumah nenek tercinta. Beliau (almh.) sangat baik, walaupun memang cerewet. Namanya ibu-ibu. Dulu saat aku masih belajar, sudah bisa mengaji sih tapi masih malas-malasan. Nenek mengajari aku untuk membaca surat Yashin, cukup panjang dan sulit untuk anak seumuran aku pada waktu itu. Nenek mencoba membujuk aku untuk membaca surat Yashin, yang namanya anak-anak masih mengeluh kalau disuruh baca surat yang panjang-panjang. Lalu nenek meminta aku membacanya sedikit demi sedikit.
Pertama, aku harus membaca sampai berapa makrak. Nenek mendengarkan sambil lalu mengaji sendiri. Aku mulai capek dan ingin berhenti, lalu mencoba memanggil nenek. Tapi beliau tidak merespon rengekanku, aku membaca lagi lalu berhenti dan mencoba berbicara pada nenek lagi. Tapi beliau masih saja tidak merespon diriku. Dari situ aku meneruskan bacaan sampai ayat terakhir. Dan ternyata aku bisa. Akhirnya setelah selesai, nenek berkata "tuh kan, bisa sampe selesai". Dari situ aku mulai sadar, kita harus mengakhiri apa yang kita mulai.
Biasanya nenek memberi aku hadiah. Termotivasi dengan semua itu, aku pun semakin semangat untuk mengaji. Pernah mengaji bersama nenek, katanya "kamu pinter ngaji ya" yaiyalah, hehehe. I can do that, you just don't know. Ups.. Dulu, nenek sering mengajak aku sholat tarawih di masjid dekat rumahnya. Satu bulan full aku diajak tarawih dan berjamaah, sampai tetangganya pun bilang "wah, rajin sekali ya kamu" hhee. Dulu merupakan suatu kebanggaan tersendiri dikatain kayak gitu, yah dikatain yang baik-baik kan. Dikatain gak selamanya buruk. Nenek sering banget ngajarin aku doa-doa, nyeramahin aku. Yang paling aku ingat dan paling sering aku lakukan sampai sekarang adalah "kalau lewat kuburan, baca basmalah 12kali". Hal itu sangat mudah sekali dilakukan, dan aku pasti baca basmalah kalau lewat kuburan. Hal itu membuat aku ingat Allah, itu yang paling penting.
Biasanya sebelum lebaran, pasti aku akan dibelikan baju baru. Kalau gak baru kayaknya gak afdhol gitu. Senang sekali rasanya kalau bulan puasa lalu tak berapa lama lebaran. Alhamdulillah, sesuatu gitu.
Tapi sekarang rasanya beda, ada sesuatu yang hilang. Atau lebih banyak yang aku tau, semakin lama hidup, semakin dewasa. Udah pernah tau susah senangnya hidup. Semakin sadar. Tiba-tiba ramadhan menjadi seperti biasa, tidak ada Wow-nya gitu, tapi semakin kesini. Aku semakin sadar lagi.
Aku tak mau terlambat. Tak mau terlambat sahur, tak mau terlambat buka, tak mau terlambat tarawih dan solat berjamaah, tak mau terlambat mengaji, sebelum semuanya terlambat dan kita mati. Aku menemukan semangat ramadhan kembali, saat berangkat ke masjid. Di setiap langkah terdapat pahala, setiap detak jantung memacu semangat saya. Yah, itulah semangat ramadhan. Berusaha mengaji sampai puas, mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya.
Apa yang bisa membuat aku sadar kembali? Karena kemarin, sempat aku merasakan sakit yang teramat sangat. Maklum, sudah mulai tua penyakit jadi aneh-aneh (hadoh, jangan, amit-amit). Sebenarnya sakit baru gejala sih, gara-gara jarang minum air putih. Puasa hari-hari terakhir kayak akhir hidupkua aja. Perut rasanya sakit, kepala pusing, mutah-mutah. Aku kuat-kuatin puasa. Sampai hari terkahirnya, puncak sakit aku. Orang lain pada takbiran, aku malah dibawa ke mantri. Itu juga dikuat-kuatin. Orang lain menikmati buka terakhir yang enak-enak, aku ikut makan tapi langsung mutah lagi. Parah banget deh, gak mau lagi-lagi. Bahkan parahnya, minum obat atau air putih saja langsung mutah. Semalaman, aku disediain ember di dekat tempat tidur buat menampung bekas mutahan. Semalem itu bisa sampai 10kali mutah-mutah. Gak bisa ngapa-ngapain, gak kuat berdiri, panas-demam, pusing, mual. Astaghfirullah... Sampai semua rencana lebaran aku gagal. Dari kirim sms maaf ke teman-teman, rencana pakai baju baru, rencana salat ied, gak bisa semua. Gak bisa ikut sungkem dan keliling-keliling, sampai sungkem sama ortu di rumah sendiri aku sambil nangis-nangis. Uhuh... Sakit beneran dah judulnya. Beberapa hari baru bisa keluar-keluar. Tahun kemarin, aku belum maap-maapan sama semua orang. Semoga ramadhan kali ini akan lebih baik lagi, sampai lebaran nanti kita bisa senantiasa sehat agar semua berjalan lancar. Amin...
I guess, cukup ya anda mengetahui sedikit curhat saya. Hehe...
Temukanlah semangat ramadhan anda. Selamat menunaikan ibadah puasa. Mohon maaf lahir batin (sekalian lebaran deh, hehe)
Dahulu setiap bulan puasa atau libur puasa, aku selalu berlibur ke rumah nenek tercinta. Beliau (almh.) sangat baik, walaupun memang cerewet. Namanya ibu-ibu. Dulu saat aku masih belajar, sudah bisa mengaji sih tapi masih malas-malasan. Nenek mengajari aku untuk membaca surat Yashin, cukup panjang dan sulit untuk anak seumuran aku pada waktu itu. Nenek mencoba membujuk aku untuk membaca surat Yashin, yang namanya anak-anak masih mengeluh kalau disuruh baca surat yang panjang-panjang. Lalu nenek meminta aku membacanya sedikit demi sedikit.
Pertama, aku harus membaca sampai berapa makrak. Nenek mendengarkan sambil lalu mengaji sendiri. Aku mulai capek dan ingin berhenti, lalu mencoba memanggil nenek. Tapi beliau tidak merespon rengekanku, aku membaca lagi lalu berhenti dan mencoba berbicara pada nenek lagi. Tapi beliau masih saja tidak merespon diriku. Dari situ aku meneruskan bacaan sampai ayat terakhir. Dan ternyata aku bisa. Akhirnya setelah selesai, nenek berkata "tuh kan, bisa sampe selesai". Dari situ aku mulai sadar, kita harus mengakhiri apa yang kita mulai.
Biasanya nenek memberi aku hadiah. Termotivasi dengan semua itu, aku pun semakin semangat untuk mengaji. Pernah mengaji bersama nenek, katanya "kamu pinter ngaji ya" yaiyalah, hehehe. I can do that, you just don't know. Ups.. Dulu, nenek sering mengajak aku sholat tarawih di masjid dekat rumahnya. Satu bulan full aku diajak tarawih dan berjamaah, sampai tetangganya pun bilang "wah, rajin sekali ya kamu" hhee. Dulu merupakan suatu kebanggaan tersendiri dikatain kayak gitu, yah dikatain yang baik-baik kan. Dikatain gak selamanya buruk. Nenek sering banget ngajarin aku doa-doa, nyeramahin aku. Yang paling aku ingat dan paling sering aku lakukan sampai sekarang adalah "kalau lewat kuburan, baca basmalah 12kali". Hal itu sangat mudah sekali dilakukan, dan aku pasti baca basmalah kalau lewat kuburan. Hal itu membuat aku ingat Allah, itu yang paling penting.
Biasanya sebelum lebaran, pasti aku akan dibelikan baju baru. Kalau gak baru kayaknya gak afdhol gitu. Senang sekali rasanya kalau bulan puasa lalu tak berapa lama lebaran. Alhamdulillah, sesuatu gitu.
Tapi sekarang rasanya beda, ada sesuatu yang hilang. Atau lebih banyak yang aku tau, semakin lama hidup, semakin dewasa. Udah pernah tau susah senangnya hidup. Semakin sadar. Tiba-tiba ramadhan menjadi seperti biasa, tidak ada Wow-nya gitu, tapi semakin kesini. Aku semakin sadar lagi.
Aku tak mau terlambat. Tak mau terlambat sahur, tak mau terlambat buka, tak mau terlambat tarawih dan solat berjamaah, tak mau terlambat mengaji, sebelum semuanya terlambat dan kita mati. Aku menemukan semangat ramadhan kembali, saat berangkat ke masjid. Di setiap langkah terdapat pahala, setiap detak jantung memacu semangat saya. Yah, itulah semangat ramadhan. Berusaha mengaji sampai puas, mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya.
Apa yang bisa membuat aku sadar kembali? Karena kemarin, sempat aku merasakan sakit yang teramat sangat. Maklum, sudah mulai tua penyakit jadi aneh-aneh (hadoh, jangan, amit-amit). Sebenarnya sakit baru gejala sih, gara-gara jarang minum air putih. Puasa hari-hari terakhir kayak akhir hidupkua aja. Perut rasanya sakit, kepala pusing, mutah-mutah. Aku kuat-kuatin puasa. Sampai hari terkahirnya, puncak sakit aku. Orang lain pada takbiran, aku malah dibawa ke mantri. Itu juga dikuat-kuatin. Orang lain menikmati buka terakhir yang enak-enak, aku ikut makan tapi langsung mutah lagi. Parah banget deh, gak mau lagi-lagi. Bahkan parahnya, minum obat atau air putih saja langsung mutah. Semalaman, aku disediain ember di dekat tempat tidur buat menampung bekas mutahan. Semalem itu bisa sampai 10kali mutah-mutah. Gak bisa ngapa-ngapain, gak kuat berdiri, panas-demam, pusing, mual. Astaghfirullah... Sampai semua rencana lebaran aku gagal. Dari kirim sms maaf ke teman-teman, rencana pakai baju baru, rencana salat ied, gak bisa semua. Gak bisa ikut sungkem dan keliling-keliling, sampai sungkem sama ortu di rumah sendiri aku sambil nangis-nangis. Uhuh... Sakit beneran dah judulnya. Beberapa hari baru bisa keluar-keluar. Tahun kemarin, aku belum maap-maapan sama semua orang. Semoga ramadhan kali ini akan lebih baik lagi, sampai lebaran nanti kita bisa senantiasa sehat agar semua berjalan lancar. Amin...
I guess, cukup ya anda mengetahui sedikit curhat saya. Hehe...
Temukanlah semangat ramadhan anda. Selamat menunaikan ibadah puasa. Mohon maaf lahir batin (sekalian lebaran deh, hehe)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar