Kamis, 03 April 2014

Kegelisahan Seorang Pelajar Cupu

Sekali-sekali mikirin negara...
9 April mendatang, pemilu legislatif akan digelar. Rakyat berhak menggunakan haknya untuk memilih wakilnya yang diharap akan dapat memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia untuk 5 tahun ke depan.
Tapi, jangankan memilih, tahu calonnya aja enggak! Gimana mau milih? Jadilah golput, pilihan yang paling berkenan bagi sebagian masyarakat terhadap hajat pemilu yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali itu. Mengapa golput? Yaa itulah ( baca kalimat-kalimat sebelumnya). Di samping itu, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah kian luntur, karena yang terlihat selama ini. Tingkat korupsi oleh wakil rakyat kian berkembang pesat. Kalau tidak mau dikatakan begitu, memang di segala bidang kehidupan telah merajalela berbagai aksi korupsi dari yang kecil-kecilan sampai yang besar, dari yang terlihat sampai yang tersembunyi, dari yang dilakukan oleh pegawai rendahan sampai pejabat penting negeri, ada yang terungkap, yang lainnya akan terbuka seiring berjalannya waktu. Karena bau bangkai meskipun disembunyikan seperti apapun pasti lama kelamaan akan tercium juga. Terlepas dari baik buruknya tujuan dari korupsi tersebut.
Bingung, itulah yang ada di benak saya sekarang. Mau memilih wakil saja, harus melihat nama-nama dari sekian banyak orang yang diusung oleh partai-partai baik yang ternama ataupun tidak. Tak tahu, mana yang baik dan mana yang tidak. Kalau ingin melihat CV nya atau dari kampanye-nya pun, sudah tak sempat lah. Saya pelajar, saya sibuk belajar. Politik bukanlah sesuatu yang ingin saya pelajari, namun sangat menarik untuk ditelusuri. Bukannya mau berbicara politik. Tapi hanya mengungkapkan secuil kegelisahan saja.
Kembali kepada calon wakil rakyat, yang saya tak tau mereka siapa, dia siapa, berasal darimana, prestasinya apa, chemistry-nya bagaimana, karena saya tak melihat. Sekian banyak caleg itu tidak saya kenali satupun. Mendengar kampanye parpol? Duh malas mendengarkan janji-janji palsu. Membaca selebaran, masih meragukan. Diberi uang? Boleh, boleh, boleh (tapi tidak ada yang mau kasih, hehe).
Banyak caleg mencalonkan diri untuk menjadi wakil rakyat dengan berbagai alasan dan janji-janji manis. Yang ah, apakah nantinya jika sudah menjadi, akan terpenuhi semua janji-janji? Sebenarnya, apa gunanya wakil rakyat? Kalau tidak mengenal dan tidak acuh terhadap rakyatnya?
Sistem pemilihan sedemikian ini, saya rasa tidaklah efektif bagi negara seluas Indonesia. Beratus-ratus calon, dari parpol yang berbeda-beda, dengan tujuan yang berbeda, visi-misi yang berbeda, pikiran yang berbeda. Namun berbeda-beda tetap satu juga. Iya siiih, tapi rakyat seperti saya ini akan bingung. Gelisah, kalau memikirkan negara. Mikir tugas aja sudah gundah, belum mikir dia yang disanah, hahah.
Meskipun telah dipilih wakil yang berkualitas tinggi, dengan segudang prestasi, gelar berentetan dari luar negeri, penghargaan dari kanan kiri, tapi kalau moralnya tidak tinggi... Apa mau memajukan negeri? Kalau tidak untuk untung pribadi, atau golongannya sendiri, rakyat mau mengadu kemana lagi?
Kembali ke pemilihan. Rakyat tidaklah terlau tahu, seorang caleg itu baik atau tidak. Kecuali orang yang benar-benar berbudi yang menjadi tetangga mereka. Biasanya akan mendapat banyak dukungan dari tetangganya. Yang mendapat dukungan dari partainya, simpatisan, yang benar-benar tulus, semoga menjadi wakil yang baik. Caleg yang lain, yang suka membagi-bagi 'rezeki' kepada masyarakat, mungkin kan mendapat pemilih yang lebih banyak lagi. Karena kebanyakan pemilih memilih seorang caleg dari banyaknya uang yang diberi. Namun apakah caleg itu 'berkualitas' ? Wallahu a'lam...
Semoga wakil rakyat yang terpilih nanti dapat menjadi wakil yang baik dan dapat menyalurkan aspirasi masyarakat dengan adil dan bijaksana... Hanya itulah, doa saya sebagai seorang pelajar cupu yang hanya bisa menyalurkan aspirasinya dengan media seadanya. Jika boleh ditambahi, semoga pendidikan di Indonesia semakin maju dan berkualitas, ilmu bisa didapatkan dengan mudah, menempuh pendidikan tidak lagi susah, dan generasi penerus bangsa bisa terus bersekolah setinggi-tingginya dengan biaya murah. Amin... Setidaknya saya ikut mendoakan saja, karena memilih bukan menjadi pilihan saya. Anda, rakyat indonesia yang baik harusnya ikut memilih, walaupun pilihan itu salah sekalipun. Memilihlah.