9
April mendatang, pemilu legislatif akan digelar. Rakyat berhak
menggunakan haknya untuk memilih wakilnya yang diharap akan dapat
memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia untuk 5 tahun ke depan.
Tapi,
jangankan memilih, tahu calonnya aja enggak! Gimana mau milih?
Jadilah golput, pilihan yang paling berkenan bagi sebagian masyarakat
terhadap hajat pemilu yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali itu.
Mengapa golput? Yaa itulah ( baca kalimat-kalimat sebelumnya). Di
samping itu, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah kian luntur,
karena yang terlihat selama ini. Tingkat korupsi oleh wakil rakyat
kian berkembang pesat. Kalau tidak mau dikatakan begitu, memang di
segala bidang kehidupan telah merajalela berbagai aksi korupsi dari
yang kecil-kecilan sampai yang besar, dari yang terlihat sampai yang
tersembunyi, dari yang dilakukan oleh pegawai rendahan sampai pejabat
penting negeri, ada yang terungkap, yang lainnya akan terbuka seiring
berjalannya waktu. Karena bau bangkai meskipun disembunyikan seperti
apapun pasti lama kelamaan akan tercium juga. Terlepas dari baik
buruknya tujuan dari korupsi tersebut.
Bingung,
itulah yang ada di benak saya sekarang. Mau memilih wakil saja, harus
melihat nama-nama dari sekian banyak orang yang diusung oleh
partai-partai baik yang ternama ataupun tidak. Tak tahu, mana yang
baik dan mana yang tidak. Kalau ingin melihat CV nya atau dari
kampanye-nya pun, sudah tak sempat lah. Saya pelajar, saya sibuk
belajar. Politik bukanlah sesuatu yang ingin saya pelajari, namun
sangat menarik untuk ditelusuri. Bukannya mau berbicara politik. Tapi
hanya mengungkapkan secuil kegelisahan saja.
Kembali
kepada calon wakil rakyat, yang saya tak tau mereka siapa, dia siapa,
berasal darimana, prestasinya apa, chemistry-nya bagaimana, karena
saya tak melihat. Sekian banyak caleg itu tidak saya kenali satupun.
Mendengar kampanye parpol? Duh malas mendengarkan janji-janji palsu.
Membaca selebaran, masih meragukan. Diberi uang? Boleh, boleh, boleh
(tapi tidak ada yang mau kasih, hehe).
Banyak
caleg mencalonkan diri untuk menjadi wakil rakyat dengan berbagai
alasan dan janji-janji manis. Yang ah, apakah nantinya jika sudah
menjadi, akan terpenuhi semua janji-janji? Sebenarnya, apa gunanya
wakil rakyat? Kalau tidak mengenal dan tidak acuh terhadap rakyatnya?
Sistem
pemilihan sedemikian ini, saya rasa tidaklah efektif bagi negara
seluas Indonesia. Beratus-ratus calon, dari parpol yang berbeda-beda,
dengan tujuan yang berbeda, visi-misi yang berbeda, pikiran yang
berbeda. Namun berbeda-beda tetap satu juga. Iya siiih, tapi rakyat
seperti saya ini akan bingung. Gelisah, kalau memikirkan negara.
Mikir tugas aja sudah gundah, belum mikir dia yang disanah, hahah.
Meskipun
telah dipilih wakil yang berkualitas tinggi, dengan segudang
prestasi, gelar berentetan dari luar negeri, penghargaan dari kanan
kiri, tapi kalau moralnya tidak tinggi... Apa mau memajukan negeri?
Kalau tidak untuk untung pribadi, atau golongannya sendiri, rakyat
mau mengadu kemana lagi?
Kembali
ke pemilihan. Rakyat tidaklah terlau tahu, seorang caleg itu baik
atau tidak. Kecuali orang yang benar-benar berbudi yang menjadi
tetangga mereka. Biasanya akan mendapat banyak dukungan dari
tetangganya. Yang mendapat dukungan dari partainya, simpatisan, yang
benar-benar tulus, semoga menjadi wakil yang baik. Caleg yang lain,
yang suka membagi-bagi 'rezeki' kepada masyarakat, mungkin kan
mendapat pemilih yang lebih banyak lagi. Karena kebanyakan pemilih
memilih seorang caleg dari banyaknya uang yang diberi. Namun apakah
caleg itu 'berkualitas' ? Wallahu a'lam...
Semoga
wakil rakyat yang terpilih nanti dapat menjadi wakil yang baik dan
dapat menyalurkan aspirasi masyarakat dengan adil dan bijaksana...
Hanya itulah, doa saya sebagai seorang pelajar cupu yang hanya bisa
menyalurkan aspirasinya dengan media seadanya. Jika boleh ditambahi,
semoga pendidikan di Indonesia semakin maju dan berkualitas, ilmu
bisa didapatkan dengan mudah, menempuh pendidikan tidak lagi susah,
dan generasi penerus bangsa bisa terus bersekolah setinggi-tingginya
dengan biaya murah. Amin... Setidaknya saya ikut mendoakan saja,
karena memilih bukan menjadi pilihan saya. Anda, rakyat indonesia
yang baik harusnya ikut memilih, walaupun pilihan itu salah
sekalipun. Memilihlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar